بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصْحابه ومن والاه
Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.
Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu ta’ala.
Masih kita pada pasal Beriman Kepada Allah.
Kemudian setelahnya beliau mengatakan:
ونؤمن بأن كلماته أتم الكلمات صدقا في الأخبار وعدلا في الأحكام و حسنا في الحديث
“Dan kita beriman bahwasanya kalimat-kalimat Allah adalah kalimat-kalimat yang paling sempurna.”
Dan ini adalah keyakinan Ahlus Sunnah, bahwa sifat-sifat Allah adalah paling sempurna.
وَلِلَّهِ ٱلْمَثَلُ ٱلْأَعْلَىٰ ۚ
“Dan bagi Allah sifat-sifat yang paling tinggi, paling sempurna.”
√ Pendengaran Allah adalah pendengaran yang paling sempurna.
√ Penglihatan Allah adalah penglihatan yang paling sempurna.
Termasuk di antaranya adalah kalam Allah adalah kalam yang paling sempurna. Itu adalah keyakinan Ahlus Sunnah.
Keumuman firman Allah وَلِلَّهِ ٱلْمَثَلُ ٱلْأَعْلَىٰ
صدقا في الأخبار
“Kalamullah ada yang berupa berita.”
Kalamullah adalah yang paling أصدق (paling sesuai dengan kenyataan) tidak ada di dalamnya kedustaan, صدقا في الأخبار benar di dalam pengkabaran, tidak ada kedustaan meskipun hanya satu titik atau lebih kecil daripada itu.
Berbeda dengan ucapan manusia, kita sudah berusaha untuk benar-benar jujur, pasti di sana ada kekurangan. Ada ucapan kita yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Adapun firman Allah maka dia adalah ashdaqul kalam (ucapan yang paling benar). Dalam hadits Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam mengatakan:
فإن أصدق الحديث كتاب الله
“Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah kitabullah (Al-Qur’an).”
Sehingga orang yang berbicara berdasarkan Al-Qur’an (shadaq) karena dia berbicara jujur, benar berdasarkan Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an jujur, semuanya adalah kebenaran (mutlaq), tidak ada kedustaan di dalam kalamullah (Al-Qur’an).
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:
وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ ٱللَّهِ حَدِيثًا
“Dan siapakah yang lebih benar ucapannya dibandingkan ucapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.” [QS An-Nisa: 87]
Sehingga beliau mengatakan disini صدقا في الأخبار – ucapan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah benar di dalam pengkabaran.
Kewajiban kita adalah membenarkan apa yang Allah sampaikan di dalam Al-Qur’an karena di dalamnya adalah ucapan yang benar.
Kemudian beliau mengatakan:
وعدلا في الأحكام
“Adil di dalam hukum-hukumnya.”
Di antaranya adalah hukum-hukum yang isinya adalah pembebanan kepada manusia, di sana ada perintah, di sana ada larangan. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Adil.
Adil maksudnya tidak ada kezhaliman di dalamnya, Allah ketika mensyari’atkan (misalnya) tentang pembagian waris, anak dapat sekian, istri dapat sekian, suami dapat sekian, itu adalah adil seadil-adilnya (tidak ada kezhaliman di dalamnya).
Wanita berhak demikian, laki-laki didahulukan atau dia mendapatkan keutamaan di atas wanita, maka ini adalah keadilan.
Seorang anak diharuskan berbakti kepada orang tua, orang tua menyayangi anaknya, ini adalah keadilan.
Zakat diambil dari orang yang kaya, apabila dia memiliki kambing (misalnya) sampai berapa ekor, baru dikeluarkan zakatnya. Jumlah zakatnya berapa. Itu adalah keadilan.
وعدلا في الأحكام
“Hukum-hukum Allah semuanya adalah adil.”
Sehingga orang yang menghukumi manusia berdasarkan Al-Qur’an maka dia adalah orang yang adil. Kalau kita ingin menjadi orang yang adil hendaknya kita menghukumi manusia berdasarkan Al-Qur’an.
Karena Al-Qur’an berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Bijaksana (Al-Hakim) dan di dalamnya adalah keadilan semata.
Demikian pula di dalam hukum, hukum balasan (misalnya), Allah Subhanahu wa Ta’ala apabila mengadzab seseorang maka Allah akan mengadzab dengan adil dan tidak ada kezhaliman di dalamnya. وعدلا في الأحكام
و حسنا في الحديث
“Dan baik di dalam ucapannya.”
Maksudnya adalah kalimat-kalimat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala gunakan adalah kalimat-kalimat yang fasih. Yang dimaksud dengan kalimat yang fasih adalah kalimat yang paling menunjukkan kenyataan atau paling menunjukkan maknanya.
Maka kalamullah mencapai puncaknya kesempurnaan dalam kalimat yang digunakan, ushlub-ushlub yang digunakan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:
ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ ٱلْحَدِيثِ
“Allah (Dialah) yang menurunkan kitab yang paling baik.” (QS Az-Zummar: 23)
Makna paling baik di sini, di antaranya adalah baik di dalam pemilihan kalimat-kalimatnya, dia adalah kalimat yang paling fasih. Ini adalah beberapa sifat kalamullah yang disebutkan oleh mualif yang diambil dari beberapa ayat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:
وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا
“Dan telah sempurna kalimat Allah, dia adalah benar dan adil.” [QS An’am :115]
Para ulama menjelaskan صِدْقًا وَعَدْلًا, صدقا في الأخبار , وعدلا في الأحكام benar di dalam pengkabaran (pemberitaan) dan dia adalah adil di dalam mengeluarkan keputusan atau menghukumi.
Ini menunjukkan bahwasanya kalimat Allah adalah sempurna.
Kemudian beliau menyebutkan firman Allah:
وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ ٱللَّهِ حَدِيثًا
“Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah?” [QS An-Nisa:87]
Dalil bahwasanya semua firman Allah adalah benar.
Kemudian beliau mengatakan:
و نؤمن بأن القرآن الكريم كلام الله تعالى
“Dan kita sebagai Ahlus Sunnah meyakini bahwasanya Al-Qur’anul Karim adalah ucapan Allah”.
Setelah beliau berbicara secara umum tentang sifat kalam maka beliau menyebutkan tentang keyakinan kita terhadap Al-Qur’an, bahwasanya Al-Qur’anul Karim adalah kalamullah.Termasuk di antara firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan di sini pensifatan Al-Qur’an dengan Al-Karim disebutkan dalam Al-Qur’an bahwasanya dia adalah memiliki sifat karim artinya pemurah (mulia).
Ada yang mengatakan kenapa disifati dengan karim? karena orang yang membaca Al-Qur’an dia akan mendapatkan pahala yang banyak. Sehingga dia disifati dengan karim (pemurah) sebagaimana dalam hadits.
من قرأ حرفاً من كتاب الله كتب له بكل حرف حسنة و الحسنة بعشر أمثالها
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka akan ditulis dari setiap huruf, satu kebaikan dan satu kebaikan dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan.”
Banyak pahala bagi orang yang membaca Al-Qur’an, sehingga dia disifati di dalam Al-Qur’an dengan Al-Karim.
Kemudian Al-Qur’an adalah kalamullah, kemudian Beliau Rahimahullah mengatakan تكلم به حقا, Allah berbicara (mengucapkan Al-Qur’an) ini dengan sebenar-benarnya.
In sya Allah, tentang masalah Al-Qur’an adalah kalamullah dan aqidah Ahlus Sunnah tentang masalah Al-Qur’anul Karim ini akan kita lanjutkan pada edisi-edisi berikutnya (biidznillah).
Adapun sekarang kita cukupkan sampai di sini In sya Allah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga kita semuanya menjaga hati kita, istiqamah kita di atas Islam sampai kita bertemu dengan Allah Azza Wa Jalla.
Itu yang bisa kita sampaikan dan sampai bertemu kembali pada kesempatan yang akan datang.
Wallahu ta’ala a’lam
و بالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته