بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله و أصحابه ومن والاه
Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.
Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang ditulis oleh fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullāh Ta’ala.
Beliau mengatakan,
ونؤمن بأن الله عز وجل علىٌّ خلقه بذاته و صفاته
Dan kami (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) meyakini, mempercayai bahwasanya Allāh Azza wa Jalla, adalah علىٌّ yang Maha Tinggi atas makhluk-makhluk-Nya.
Ini adalah keyakinan Ahlus Sunnah.
بذاته و صفاته
Dengan dzat-Nya dan juga sifat-Nya.
Artinya,
- Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini ketinggian Allāh dilihat dari sisi dzat-Nya, yaitu Allāh Subhānahu wa Ta’āla Maha Tinggi dzat-Nya, kemudian
- Maha Tinggi sifat-Nya.
Dua perkara ini, Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini yang demikian.
Al ‘uluwu – العلو (ketinggian) ini ada tiga jenis:
- ‘Uluwudz Dzat (علو الذات) ketinggian dzat-Nya, kemudian
- ‘Uluwu Al-Qadr (علو القدر) ketinggian kedudukan Allāh,
- ‘Uluwu Al-Qahr (علوالقهر) ketinggian yaitu kekuasaan Allāh.
Atau kalau lebih ringkas lagi, kedudukan Al-Qadr dan juga kekuasaan Al-Qahr, masuk di dalam sifat. Sehingga di sana ada ‘Uluwu Dzat, di sana ada ‘Uluwu Sifat. Sehingga di sini, beliau mengatakan,
بذاته وصفاته
“Dengan dzat-Nya dan juga dengan sifat-Nya.”
Sifat, masuk di dalamnya adalah ‘Uluwu Al-Qadr dan juga Al-Qahr, kedudukan dan juga kekuasaan Allāh.
Ahlus Sunnah, meyakini ketinggian Allāh dzat-Nya maupun sifat-Nya. Adapun Ahlul Bid’ah atau sebagian Ahlul Bid’ah, maka mereka meyakini tentang ketinggian sifat Allāh, baik Qadr-Nya maupun Qahr-Nya, baik kedudukan Allāh maupun kekuasaan-Nya.
Antara kita dengan mereka sama, meyakini bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dialah yang Maha Tinggi sifat-Nya. Karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,
وَلِلَّهِ ٱلْمَثَلُ ٱلْأَعْلَىٰ ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
“Dan Dialah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang memiliki المثل الأ على sifat yang paling tinggi.” [QS An-Nahl: 60]
Maka Ahlus Sunnah dan Ahlul Bid’ah sepakat bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla sifat-Nya adalah yang paling tinggi. Sifat di sini masuk Al-Qadr dengan Al-Qahr. Sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dialah sifat-sifat yang paling tinggi. Ini tidak ada perbedaan antara kita dengan Ahlul Bid’ah.
Adapun علو الذات – ketinggian dzat, maka di sana ada perbedaan antara kita dengan Ahlul Bid’ah. Ahlus Sunnah wal Jama’ah mereka menetapkan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dialah yang Maha Tinggi Dzat-Nya.
Adapun sebagian Ahlul Bid’ah mereka ada yang mengatakan, Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak disifati dengan Maha Tinggi Dzat-Nya. Tapi Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
في كل مكن
“Allāh ada di mana-mana.”
Ini pendapat sebagian. Ada yang mengatakan lagi mereka mengingkari sifat tinggi bagi dzat Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dan mengatakan bawasanya Allāh tidak di atas, Allāh tidak di bawah, Allāh tidak di dalam alam, Allāh tidak di luar alam. Menafikan seluruh sifat, dan dua-duanya dikumpulkan oleh kalimat yaitu “menafikan sifat tinggi” bagi dzat Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dua-duanya sama-sama mengingkari ketinggian dzat Allāh.
Satunya mengatakan Allāh berada di mana-mana dan satunya menafikan seluruh sifat bagi Allāh. Tidak disifati dengan sifat tinggi dan tidak disifati dengan sifat bawah dan seterusnya.
Makanya di sini Syaikh mengatakan,
بذاته و صفاته
Ahlus Sunnah wal Jama’ah mereka meyakini tentang ketinggian Allāh Subhānahu wa Ta’āla baik dengan dzat-Nya maupun sifat-Nya. Dua duanya, bukan hanya dengan ketinggian di dalam sifat saja tapi dalam dzat-Nya juga.
Kemudian beliau mendatangkan firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
لقوله تعالى : وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ
“Dan Dia lah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” [QS Asy-Syura: 4]
Ucapan Allāh,
وَهُوَ اَلْعَلِيُّ
“Dan Dia lah yang Maha Tinggi”.
Tinggi di sini adalah mutlak. Berarti dia mencakup
علو الذات و علو صفات
Mencakup;
- Ketinggian dzat Allāh (علو الذات)
- Ketinggian sifat Allāh Azza wa Jalla yang mencakup ketinggian kedudukan Allāh dan juga ketinggian kekuasaan Allāh Azza wa Jalla.
Dan dalil-dalil tentang ketinggian Allāh Subhānahu wa Ta’āla selain ayat yang disebutkan oleh Syaikh di sini. Dan di sana ada dalil-dalil yang lain.
Dan dalil-dalil tentang ketinggian Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam Al-Qurān dan juga di dalam As-Sunnah ini banyak sekali, sehingga wajib bagi seorang muslim untuk meyakini bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla berada di atas.
Saya sebutkan di sini sebagiannya adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى
“Hendaklah engkau mensucikan nama Rabb mu yang Maha Tinggi.” [QS Al A’la: 1]
Di antara nama Allāh adalah (العلى), dan di antara nama Allāh adalah (الأعلى) Yang Maha Tinggi, hal ini segi pendalilanya sama dengan firman Allāh
وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ
Yaitu bahwasanya ‘uluw di sini adalah sifat yang mutlak. Sehingga mencakup di dalamnya ketiga jenis ‘uluwu tadi.
Kemudian dalam ayat yang lain Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengabarkan bahwasanya Allāh di atas para hambaNya. Allāh mengatakan,
وقوله : وَهُوَ ٱلْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِۦ
“Dan Dia lah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang اَلْقَاهِرُ yang menguasai, yang mengalahkan,
فَوْقَ عِبَادِهِ
“Berada di atas hamba-hambaNya”
Di sini Allāh menetapkan sifat (فوقيه) yang artinya adalah sifat di atas.
Demikian pula Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengabarkan di dalam Al-Qurān bahwasanya Allāh turunkan Al-Qurān. Menunjukkan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla berada di atas, karena menurunkan, yaitu menurunkan Al-Qurān dari Allāh. Allāh menurunkan Al-Qurān dari-Nya.
Menunjukkan bahwasanya Allāh di atas,
إِنَّآ أَنزَلْنَـٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ
“Sesungguhnya kami telah menurunkan Al-Qurān pada malam Lailatul Qadr.” [QS Al-Qadr: 1]
Kalimat menurunkan, menunjukkan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla berada di atas. Demikian pula,
لَتَنزِيلُ رَبِّ ٱلْعَـٰلَمِينَ
“Bahwasanya Al-Qurān itu diturunkan oleh Allāh Rabbul Alamin.” [QS Asy-Syu’ara: 192]
Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengabarkan bahwasanya Allāh menurunkan malaikat, dan bahwasanya malaikat turun,
تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ
“Para malaikat turun dan juga jibril turun” [QS Al-Qadr: 4]
Turun dari siapa? turun dari Allāh. Menunjukkan bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla berada di atas.
Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengabarkan beberapa perkara naik kepada-Nya. Allāh mengatakan,
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ
“Kepada Allāh akan naik ucapan yang baik, dan amal shalih akan menaikannya” [QS Al Fathir: 10]
إِلَيْهِ
“Kepada Allāh naik.”
Menunjukkan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla berada di atas.
Dan Allāh mengabarkan bahwasanya malaikat naik ke atas,
تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ
“Bahwasanya malaikat dan juga malaikat Jibril mereka naik ke atas” [QS Al Ma’arij: 4]
العرج و الصعد
Ini artinya adalah naik ke atas. Menunjukkan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla berada di atas.
Demikian pula di dalam ayat yang lain, ketika Allāh mengabarkan tentang Nabi Isa alaihis Salam. Allāh mengatakan,
إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إَىَّ
“Aku akan menidurkanmu dan akan mengangkatmu kepada-Ku.” [QS Ali Imran: 55]
Menunjukkan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla berada di atas.
Dalil dari Al-Qurān yang menunjukan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki sifat علو الذات banyak sekali. Tidak boleh kita mengingkari sifat علو bagi Allāh Subhānahu wa Ta’āla yaitu sifat علو الذات.
Kewajiban seorang muslim adalah menetapkan apa yang ditetapkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini, dan In sya Allāh kita lanjutkan pada sesi berikutnya,
صلى الله على نبينا محمد و على آله و أصحابه و سلم