Materi 40 ~ Tertipu, Ujub Dan Kibr (10) – Batasan untuk sifat sombong Menolak kebenaran dan meremehkan manusia

Ustadz Abu Haidar As-Sundawy حفظه لله تعالى
AdabSyarah Kitab

🌍 Kajian Kitab
👤 Al-Ustadz Abu Haidar As-Sundawy حفظه الله
📗 Kitab Awaa’iqu ath Thalab (Kendala Bagi Para Penuntut Ilmu)
📝 as-Syaikh Abdussalam bin Barjas Alu Abdul Karim حفظه الله

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Berkatalah seorang sahabat, “Wahai Rasulullah itu ada orang yang suka memakai pakaian yang bagus dan sandal yang bagus”. Hal tersebut sombong atau tidak ? ini menunjukan memang sudah menyebar pemahaman dikalangan manusia dizaman itu tentang batasan kesombongan menurut kebiasaan orang. Kalau orang memakai pakaian bagus disangkanya itu pamer, sombong pemahaman seperti itu saat ini masih ada atau tidak ? jawabannya ada. Apa kata Nabi ﷺ, “Sesungguhnya Allah itu indah dan sangat mencintai keindahan”. Orang memakai pakaian yang bagus agar terlihat indah boleh atau tidak ? jawabannya boleh. Allah sangat senang apabila Allah memberi nikmat kepada seorang hamba kemudian hamba itu memperlihatkan atsar, bekas, dampak, bukti atas kenikmatan yang Allah berikan kepadanya. Kalau umpamanya dia diberikan kekayaan kemudian dia tampak kan kekayaannya dihadapan orang dalam rangka mengamalkan hadits itu maka hal tersebut tidak sombong. Membeli barang yang bagus memang dia mampu untuk itu dan dia melakukan hal tersebut bukan dalam rangka pamer kepada orang lain tetapi dalam rangka menunjang mobilitas dari aktivitasnya. Umpamanya membeli mobil yang bagus agar nyaman dipakainya, Nabi ﷺ menjawab kalau orang memakai pakaian yang bagus, sendal yang bagus maka hal itu tidak sombong Allah itu indah dan menyukai keindahan. Jangan kita sentimen kepada ikhwan yang berpakaian rapih karena umpamanya diminyaki rambutnya, disisir, pakai pakaian yang bagus, pakai parfum maka jangan disuudzoni. Memakai parfum sunnah atau tidak ? jawabannya sunnah. Hal tersebut adalah sunnah para Nabi memakai wewangian. Ada 4 yang termasuk sunnahnya para Rasul :
1. Al-Haya (Malu)
2. Memakai Wewangian bagi lelaki
3. Memakai Siwak
4. Nikah
Ini definisi atau batasan takabur secara syar’i. Nabi ﷺ menyatakan takabur itu, sombong itu adalah menolak kebenaran. Makna ghontunnas adalah ikhtikoruhum (menghinakan manusia, merendahkan manusia). Ada dua batasan sombong. Pertama menolak kebenaran walaupun dia miskin. Tidak punya jabatan, penampilannya sederhana tetapi dia menolak kebenaran yang datang kepada dirinya. Hal tersebut adalah sombong, dikasih dalil ayat, hadits, kemudian dia mengatakan “saya tidak yakin seperti itu”, kebenaran itu datangnya dari Allah, apa yang datang dari Allah yakni Al-Qur’an dijabarkan dengan sunnah Nabi ﷺ maka jangan ragu dan jangan mengatakan “saya tidak begitu yakin dengan ayat itu” karena hal tersebut adalah sombong menolak kebenaran. Penjelasan begitu gamblang, detail, jelas tidak ada alasan untuk menolak tetapi dia tidak menerimanya. Maka hal itu adalah sombong siapapun orangnya dan menghinakan manusia. Jadi kesombongan tidak ada hubungannya dengan penampilan adapun penampilan yang bagus menampak kan barang-barang yang mahal tidak terkait dengan kesombongan hadits ini juga shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim. Wal hasil ini yang harus kita yakini kesombongan diadzab. Kesombongan, ketakaburan, merasa dirinya besar itu mengundang murka Allah azza wajalla dengan adzab yang tidak kecil dengan adzab yang sangat dahsyat apalagi orang yang berilmu mengetahui hal itu. Maka adzabnya lebih dahsyat dibanding kesombongan yang dilakukan oleh orang yang tidak berilmu. Ingat-ingatlah kedua hal ini niscaya kita akan takut. Apa yang pertama, yaitu mengetahui hujjah Allah, adzab Allah terhadap orang sombong karena ilmu itu lebih besar. Yang keduanya, bahwa yang layak takabur, layak sombong hanyalah Allah azza wajalla. Hebat mana manusia dengan iblis ? jawabannya hebat iblis. Buktinya manusia banyak yang kalah oleh godaan iblis. Iblis saja yang hebat itu oleh Allah di adzab karena sombong. Hebat mana manusia, iblis dengan para malaikat ? jawabannya malaikat. Tidak bisa dikalahkan satu malaikat oleh miliyaran manusia dan jin. Lebih tau mana, lebih berilmu mana manusia dengan para malaikat ? jawabannya malaikat tetapi ketawadhuan malaikat terlihat dalam amal-amal. Mereka itu tashbih, tahmid mereka sujud tidak pernah bosan dan ketika mereka itu ditantang oleh Allah mereka menunjukan ketawadhuan. Allah azza wajalla ketika malaikat disuruh sujud maka mereka sujud kecuali iblis. Ketika malaikat sebelum adam diciptakan oleh Allah dikatakan “Hai malaikat coba sebutkan barang-barang ini, benda-benda ini kalau memang kamu benar”, malaikat berkata, “Maha suci Engkau ya Allah kami bodoh, kami tidak mempunyai ilmu kecuali ilmu yang engkau ajarkan kepada kami”. Mereka tawadhu.
Jadi 2 perkara yang bisa menyebabkan kita mampu menghindari takabur. Pertama orang yang takabur diadzab dengan adzab yang dahsyat. Kedua, takabur hanya layak dilakukan oleh Allah subhanahu wata’ala.
Selasai awaiq yang ke enam, kendala keenam bagi para penuntut ilmu yaitu takabur, ujub, dan ghurur.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، أشْهَدُ أنْ لا إلهَ إِلاَّ أنْتَ ، أسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إلَيْكَ
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Materi Kajian Kitab Awaa’iqu ath Thalab